Jumat, 08 Juni 2012

TIGA PULUH SATU DESEMBER

Hubungan ini kami mulai dengan sesuatu yang berbeda dari pasangan yang lain. Aku dan dia bersekolah di SMA yang sama, tapi kami tak pernah mengenal satu sama lain. Hingga akhirnya kami saling mengenal lewat jejaring sosial, waktu itu kami sama-sama duduk dikelas XI, bedanya aku di jurusan IPS dan dia IPA. Aku tak pernah menaruh perasaan apa-apa pada dia, awal kenal pun kami hanya saling menjahili dan mengejek satu sama lain.
Beberapa bulan kami saling mengenal dan hanya sebatas itu, tak ada komunikasi yang intensif dan spesial diantara kami. Sampai akhirnya kami naik ke kelas XII, aku menjalin hubungan spesial dengan juniorku. Aku semakin sering bertemu dengannya karena setiap kali aku ingin ke tempat pacarku harus melewati ruang kelasnya. Tak ada yang berubah, setiap kami bertemu sesering itulah kami saling mengejek. Suatu saat ketika aku melewati ruang kelasnya dan kami hanya saling memandang, tak ada ejekan yang dia tujukan padaku seperti biasanya. Mengapa aku merasa ada yang berbeda, apakah aku merasakan kehilangan?
Waktu yang membawa kami pada hubungan ini. Entah berawal dari apa dan entah bagaimana akhirnya kami saling berkomunikasi secara intensif. Semakin sering kami berkirim sms dan semakin intensif pula hubungan kami lewat telpon. Suatu ketika kami membuat janji untuk bertemu di suatu tempat. Malam itu pertama kalinya kami bertemu diluar sekolah dan tanpa seragam. Dia tampak berebeda dengan kesehariannya di sekolah, dia tampak lebih manis dan anggun. Pertemuan itu berlangsung cepat, hanya mengobrol dan bercanda-canda. Dari pertemuan itu aku lebih mengenal dia, aku merasa nyaman bersamanya.
Setelah pertemuan itu hubungan kami semakin dekat dan tentu saja hubungan ku dengan pacarku semakin renggang. Aku semakin sering menghabiskan waktu bersama dia. Intensitas pertemuan aku dengan dia lebih sering daripada waktu ku bertemu dengan pacarku. Aku semakin jarang bersama dengan pacarku di sekolah, itu ku lakukan untuk menjaga perasaannya. Aku tak ingin membuat dia sakit dan menangis.
 Banyak yang tak tahu tentang hubungan kami, karena kami sengaja tak memberitahu mereka. Memang benar kata pepatah, sepandai-pandainya kita menyimpan bangkai pasti akan tercium juga baunya. Teman-teman kami pun perlahan mulai mengetahui hubungan kami, banyak yang tak setuju dengan hubungan ini tapi aku dan dia memiliki perasaan yang sama yang mungkin takbisa orang lain mengerti. Kami tetap melanjutkan hubungan kami.
Sampai akhirnya suatu hari aku berpikir, aku tak boleh terus berada dalam kondisi seperti ini. Aku akan menyakiti dua orang wanita yang menyayangiku, aku terus membohongi pacarku dan aku selalu memberi harapan pada dia. Akhirnya kuputuskan, akan aku akhiri hubunganku dengan pacarku dan memulai hubungan yang baru dengan dia.
Setelah kuputuskan pacarku, aku semakin dekat dengan dia. Aku mulai memikirkan untuk mengutarakan isi hatiku pada dia. Aku tak sabar meunggu waktu itu,waktu dimana aku akan memintanya menjadi wanita terindah dihidupku. Aku menyayangi dia dan aku ingin dia menjadi yang terakhir untukku.
Akhirnya waktu yang kutunggu pun datang juga, 31 Desember 2009 hari itu yang kupilih sebagai hari spesial ku dengannya. Dihari yang bertepatan dengan penutupan tahun dan awal tahun, sama seperti pikiranku. Aku ingin menutup semua masalalu ku dan mengawali hubungan baru dengan dia. Hubungan yang lebih baik dan hubungan yang akan aku jalani dengan lebih serius bersama dia.
Malam itu dia megajakku ke acara perayaan tahun baru bersama teman-temannya. Ada keinginan untuk menolak karena aku tak begitu mengenal teman-temannya, aku pasti akan merasa canggung disana. Setelah kupikir ulang, tak apalah aku menuruti maunya, aku juga bisa menunjukan bahwa aku serius ingin menjalin hubungan dengan dia.
Kami datang ke acara itu berdua dan sudah kuduga bagaimana reaksi teman-temannya melihat dia datang denganku. Kaget, setelah itu mereka meledek kami berdua. Aku mencoba mengakrabkan diri dengan teman-temannya, setelah kurasa lama berada disitu dan waktupun semakin malam kuajak dia pergi sebentar.
Aku membawanya berkeliling kota karena akupun bingung akan mengutarakan perasaan ku dimana. Akhirnya kupilih satu tempat, ku bawa dia disutu gerbang perumahaan dibawah patung kuda laut saat itu kira-kira pukul 10 malam. Aku memulai pembicaraan, aku mengutarakan perasaan ku pada dia. Hening sekali suasana malam itu, diapun hanya terdiam sesaat setelah mendengar pernyataan cinta dariku. Hatiku terasa senang, berbunga-bunga dan serasa ingin berteriak kencang saat dia menjawab “aku mau menjadi wanitamu dan aku mau menjadi yang terakhir untukmu”. Kupeluk erat tubuhnya dan ku cium keningnya dengan penuh rasa sayang. Hari itu menjadi awal bagi kami untuk menjalani hubungan kami.
Setelah hari itu banyak hal yang kami lakukan bersama, pergi dan pulang sekolahpun aku selalu bersamanya. Hingga tiba saatnya kami untuk ujian nasional, kami sama-sama berjuang untuk mendapat hasil yang terbaik. Masa itupun berlalu, tapi bukan berarti perjuangan kami berhenti disitu. Kami belum mendapat universitas untuk melanjutkan sekolah kami. Mimpi besar kami adalah berkuliah disatu kota yang sama agar kami tetap bisa melakukan segala hal bersama. Dia memiliki impian untuk menjadi mahasiswi salah satu perguruan negeri di kota Yogyakarta.
Dia berjuang untuk meraih impiannya dengan mengukuti bimbingan belajar di kota tetangga. Saat dia berada jauh disana untuk berjuang, aku merasa sepi sediri tak ada dia yang biasanya menemani ku. Karena rasa sayangku padanya aku datang dan menjemputnya setiap sabtu.
Aku ingat saat itu salah seorang temannya memberitahuku bahwa dia sedang menginginkan boneka beruang besar. Aku menunggu saat yang tepat untuk membelikannya boneka itu, dan saat itu aku dan adiknya mengantarkan dia ke tempat kost bimbelnya. Dia ku minta menunggu di food court sebuah mall, aku dan adiknya pergi membeli boneka itu. Kaget, bahagia dan tak percaya saat dia melihatku membawakan boneka kesukaannya itu, senyum bahagia terhias dibibir manisnya. Bahagia rasanya dapat membuatnya tersenyum bahagia dihadapanku. Dia memberi nama Haira pada boneka itu dan sampai saat ini dia selalu menjaga boneka itu.
Tiba saatnya kami mengikuti test SNMPTN di Bandung, kami memilih Bandung sebagai tempat test kami. Dikota itu kami berjuang meraih masa depan dan dikota itupun kami mengukir kisah kita. Setelah selesai test kami tak langsung pulang, kami menghabiskan waktu bersama dikota itu.
Sebulan berlalu hari ini pengumuman SNMPTN, kami sama-sama menanti kabar bahagia agar dapat mewujudakan mimpi besar kami. Tak kusangka, aku mendengar tangisan kencangdari telpon. Malam itu dia meneleponku dan menangis keras sekali, kami sama-sama gagal. Dia amat sangat sedih dengan kejadiaan itu, dia terpukul karena takbisa mewujudkan impiannya dan sempat merasa down beberapa hari. Aku berusaha membuatnya bangkit dan meyakinkan dia bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik.
Tuhan berkehendak lain, aku akan tak sekota dengannya karena aku akan melanjutkan studyku di salah satu universitas swasta di kota Depok dan dia akan melanjutkan study di salah satu universitas swasta di kota Bandung. Aku merasa berat untuk berpisah dengannya, tapi ini yang harus kami jalani untuk mencapai masa depan yang baik. Dia amat sangat tak rela kami harus menjalani hubungan jarak jauh, dia ingin selalu bersamaku tapi orangtuanya tak mengijinkan dia untuk kuliah di jakarta dan sekitarnya.
Waktu yang kami jalani serasa amat berarti sebelum kami berpisah untuk melanjutkan study dan mulai menjalani hubungan jarak jauh. Aku mengenalkan dia pada keluarga besarku, saat itu sedang ada hajatan dirumahku dan aku membawanya untuk aku kenalkan dengan keluarga besarku. Aku bahagia karena keluarga menerimanya dengan baik dan dia pun bisa akrab dengan keluargaku. Adik perempuanku yang berusia 3 tahun saat itu sangat akrab dengannya dan terlihat bahagia saat bermain bersama dia.
 Cepat sekali rasanya, tiba waktunya untukku pergi meninggalkan dia. Aku harus lebih dulu meninggalkan kota kelahiranku, hari itu kami habiskan bersama dari pagi hingga malam kami selalu bersama. Aku mengantarnya pulang kerumah, aku mulai melihat butiran air mata yang tertahan di matanya. Aku berpamitan pulang dan aku berpamitan untuk pergi ke Depok esok. Dia memegang erat tanganku, memelukku seakan tak ingin dilepaskan, airmatanya mulai mengalir perlahan membasahi pipinya. Sungguh aku tak tega melihatnya seperti itu, aku tak ingin melepaskan pelukannya dan tak ingin pergi dari sisinya. Tapi aku tak boleh ikut menangis karena aku harus meyakinkan dia bahwa aku pergi untuk kembali menemuinya, aku pergi bukan untuk pergi dari hidupnya, aku meyakinkan dia bahwa semuanya akan baik-baik saja, dia akan selalu menjadi wanita terindah dihidupku. Aku membiarkan dia menangis dalam pelukanku, aku mengelus rambutnya dan aku mengatakan “aku pergi untuk masa depan kami, kamu harus kuat yaa sayaang. Aku akan datang dan menemuimu kembali, aku akan kembali menemanimu sayang. Aku milikmu dan kamu akan selalu menjadi milikku. Jaga diri baik-baik yaa jangan lupa ibadah yaa sayang.”
Selesai ku ucapkan kalimat itu kudengar tangisnya semakin kencang, aku mencoba melihat wajahnya mengusap airmata yang mengalir dipipinya. Aku tersenyum dibalik semua tangis yang kutahan. Ku cium keningnya dengan penuh rasa sayang. Akhirnya aku pulang, sebelum pulang dia mencium tanganku.
Esok paginya dia datang kerumahku untuk melepas kepergianku, ku tahu dia menahan tangis saat melambaikan tangannya saat mobilku beranjak pergi meniggalkannya. Hari itu adalah awal kami menjalani hubungan jarak jauh. Keesokan harinya dia pergi dan pindah ke Bandung. Hari-hari diminggu pertama terasa amat sangat berat, sering ku dengar tangisnya ditelpon karena dia kangen dan ingin bertemu denganku. Dia menangis karena belum merasa nyaman dengan hidupnya saat itu,aku hanya sabar mendengar tangisnya. Aku ingin berada disana, bersamanya dan mengusap air matanya tapi jarak,waktu dan kegiatan kuliahku yang belu bisa aku tinggalkan.
Suatu ketika di akhir minggu aku berencana mengunjunginya di Bandung. Ini akan menjadi pertemuan kami yang pertama setelah satu bulan tak bertemu, ada setumpuk rindu yang akan aku curahkan padanya. Dia berjanji akan menjempuku di teminal leuwi panjang. Ketika kami bertemu rasanya senang sekali. Beberapa hari kami menghabiskan waktu bersama,aku bahagia bisa kembali melihatnya tersenyum. Tiba saatnya aku harus kembali ke Depok, aku tak melihatnya menangis tapi aku melihatnya menahan tangis. Mungkin dia tak ingin membebaniku saat aku pergi meninggalkannya. Dia berkata “hati-hati ya sayang. Semoga selamat sampai tempat kost jangan lupa kabarin kalo udah sampai. Sayang tenang ajaa, aku akan baik-baik saja disini, aku akan menjaga hatiku hanya untukmu dan aku akan setia menantimu sayang”. Aku sedih mendengar ucapannya, tapi aku juga senang karena dia berjanji akan baik-baik saja dan akan selalu setia menungguku.
LDR atau long distance relantionship memang tak mudah. Harus sabar dan selalu percaya pada pasanga kita. Kisah kami tak selalu bahagia, ada pertengkaran dan ada tangis di hubungan kami ini. Hubungan kami akan merayakan 1st year anniversary kami, aku datang menemuinya di Bandung. Malam itu kami bertukar kado, dia memberiku jam tangan sama seprtiku yang memberinya sebuah jam tangan berwarna ungu kesukaannya.
Hubungan kami sempat putus karena dia yang selalu cemburu dengan mantan pacarku. Saat itu dia mengetahui aku berkirim sms dengan mantan pacarku, dia memutuskan hubungan kami dengan emosi. Keesokan harinya dia memintaku untuk kembali menjalin hubungan dengannya, tapi aku tak lantas menerimanya aku ingin dia belajar dari kesalahannya. Sejujurnya aku pun tak ingin dan berat sekali rasanya untuk pergi dari hidupnya. Keluargaku dan keluarganya sudah saling akrab, ibuku sangat sayang padanya. Hingga akhirnya ibukupun mengetahui masalah ini, bapak dan ibuku memintaku untuk kembali bersama dia. Sungguh akupun sangat ingin kembali bersamanya. Walaupun hubungan kami sudah putus, komunikasi kami masih seperti dulu layaknya sepasang kekasih. Aku ingin kembali menjalani hubungan ini pada tanggal yang sama seperti awal kami berkomitmen.
Hari itupun datang, kali ini tahun baru ini akan kami sambut di Depok. Waktu itu kami dinner berdua, setelah itu kami berkeliling kota jakarta. Kami hanya saling sindir bahwa hari ini adalah tanggal 31 Desember, tapi tak ada dari kami yang menyatakan untuk kembali memulai hubungan kami. Sampai akhirnya, aku memulai menanyakan apakah dia ingin kembali menjalani hubungan kami. Tanpa berpikir dua kali dia langsung menjawab iya, tapi aku katakan aku ingin dia yang menyatakannya padaku. Dengan malu-malu dia memintaku untuk menjalani kembali hubungan kami. Segera aku memeluknya dengan erat, agar dia tahu aku tak ingin dia pergi lagi dari hidupku.
Setelah kejadian itu hubungan kami semakin lebih baik, tapi terkadang masih saja ada pertengkaran-pertengkaran kecil yang selalu bisa kami selesaikan dengan cinta yang kami punya. Sampai saat ini kami menginjak tahun ke 3 dalam hubungan kami. Kami selalu berharap agar hubungan ini akan bisa kami bawa sampai dia menjadi wanita yang halal untukku. Wanita yang akan selalu menemani hari-hariku dan menjadi wanita seutuhnya dalam kehidupanku. Akupun ingin bisa menjadi imam yang baik untuk dia dan untuk keluarga kami kelak. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar